Kamis, 17 Juli 2014

Pendakian Perdana Gunung Dempo

Gunung Dempo berada di Provinsi Sumatera Selatan, persisnya di Kota Pagar Alam. Dibutuhkan waktu sekitar 7 - 9 jam perjalanan darat yang harus ditempuh dari Palembang dengan angkutan Bis Telaga Biru. Ongkos biaya bis per orang adalah 50 ribu rupiah untuk mencapai Kota Pagar Alam.
Ini merupakan pengalaman pertama saya naik gunung dengan ditemani teman - teman dari Palembang. Peserta pendakian adalah Vivi, Herlinda, Wa Eep, Wa Ase, Wa Pudung, Linda (dari Bogor), dan saya sendiri. Kami semua tergabung dalam tim "wong kito galo", tim yang terbentuk secara spontan pada saat sedang mengisi absen disebuah warung di kampung empat sebelum mendaki.
Seperti halnya para pendaki, peralatan yang kita bawa pun secukupnya saja, seperti peralatan memasak sampai tenda. Bahan - bahan makanan adalah bagian yang paling banyak dibawa untuk kebutuhan naik gunung.
Perjalan kami menuju Kota Pagar Alam terhambat macet, terkurung di dalam bis dengan cuaca panas Palembang. Sehingga waktu yang ditempuh lebih lama bukan seperti  biasanya. Kita sampai di Kampung Pertama sekitar jam 10 malam, padahal  berangkat dari Palembang jam 10 pagi.  Kami memustuskan menginap di Kampung Pertama. Keesokan paginya kita berangkat menuju Kampung Empat (sebutan para pendaki). Di kampung empat ini biasanya dimanfaatkan para pendaki, baik yang turun gunung ataupun yang naik, untuk beristirahat ataupun hanya untuk mengisi perut.
Dari Kampung Empat inilah tim "Kito Galo" pendakian Gunung Dempo, dimulai. Kami berangkat pukul 10 pagi. Perasaan saya yg baru pertama kali memulai perjalanan naik gunung, begini senang.
Lintasan yang dilalui tidak begitu berat, melewati jalan setapak di perkebunan teh yang terhampar luas. Disepertiga perjalanan rasa lelah datang perlahan tetapi karena penasaran mendengar cerita dari teman - teman bahwa Kawah Gunung Dempo sangat indah, lelah itu hilang. Dan karena ini merupakan pendakian pertamaku, sehingga membuat tumbuh semangatku untuk terus melanjutkan berjalan.
Di pertengahan jalan, hari mulai gelap dan puncak Dempo masih terlihat jauh. Dari situlah emosi, dan rasa pesimis mulai menyergap sehingga ingin rasanya menghentikan perjalanan dan beristirahat saja. Tetapi karena lokasi yang tidak mendukung, tebing sangat terjal dan angin begitu kencang bertiup, sehingga kita harus terus melanjutkan perjalan menuju puncak.
Sesampainya di Puncak Dempo, tepatnya di pelataran yang biasanya para pendaki mendirikan tenda - tendanya, udara malam begitu dingin mencekam. Kita pun bersegera mendirikan tenda agar terlindung dari udara dingin Gunung Dempo. Begitu pagi hari tiba, rasanya enggan keluar dari tenda, tapi mau gimana lagi kita berencana pergi ke Kawah Dempo yang merupakan tujuan utama para pendaki. The show must go on!


Full team, berfoto di pintu rimba


Kawah Gunung Dempo berwarna biru tosca.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar