Minggu, 15 Juni 2014

Palembang I am coming

Pada Mei 2013, saya mendapat kesempatan pergi ke Sumatera Selatan untuk sebuah urusan pekerjaan dari kantor tempat saya bekarya. Perjalanan ke kota yg terkenal dengan kuliner mpek-mpek ini juga merupakan trip pertama kalinya buat saya melakukan kegiatan lapangan. Selama ini penugasan saya terbatas di administrasi dan pekerjaan kantoran.

Singkat cerita, Provinsi Sumatera Selatan dapat ditempuh sekitar 1 jam dengan pesawat. Kami berangkat dari Bandara Soekarno - Hatta menuju ke Bandara Sultan Mahmud Baharudin II.

Dari kaca pesawat terlihat daratan Sumatera dan terlihat sekilas hutannya yg sudah mulai habis. Selain itu di sekitaran Bandara Baharudin terlihat cekungan yang menyerupai kolam yang ternyata merupakan lokasi - lokasi pembuatan batu bata. Derah tersebut terkenal dengan sebutan Bangsal.

Cuaca sangat panas terasa setelah keluar dari bandara. Dari hasil wawancara dengan salah satu LSM Walhi Sumsel mengungkapkan bahwa akibat terjadinya deforestasi (penggundulan hutan) dimulai sejak 2001. Daerah Sumsel terkenal kaya akan migas,
listrik, dan batu bara. Potensi yang besar tersebut terkandung di dalam kawasan hutan seluas 4,2 juta hektar (berdasarkan Surat Keputusan No 76/2011 tentang Penunjukan Kawasan Hutan Sumsel).

Selain itu hutan juga merupakan Pendapatan Asli Daerah (PAD) terbesar di Sumsel. Saat ini 5 juta hektar lahan berhutan sudah beralih fungsi menjadi perkebunan dan pertambangan.

Luas keseluruhan lahan di Sumatera Selatan adalah 8,7 juta hektar. Seluas 5 juta ha adalah kawasan berhutan yg sudah dibagi rata melalui konsesi perusahaan.